Selasa, 05 Mei 2015

Kesejahteraan dan Kelangkaan Sumber Daya (Ekonomi Islam)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sumber daya alam dan lingkungan adalah anugerah alam bagi manusia. Tetapi pertanyaan mengenai kepemilikan dan penggunaannya yang tepat—meskipun hanya definisinya—tetapi rumit dan berbeda-beda. Apakah “sumber daya alam” itu? Milik siapakah kekayaan kekayaan bumi ini? Apakah milik seluruh penduduk negara tempat ditemukannya kekayaan  alam itu, atau milik perseorangan?
Dalam sistem Internasional yang berlaku mengenai negara yang terdiri dari suatu bangsa (nation state), negara-negara telah menempatkan kepemilikan nasional, atau kepemilikan perseorangan dalam suatu sistem nasional mengenai hak-hak kekayaan, dengan sedikit pengecualian tertentu (dasar laut yang dalam, angkasa luar, dan Antartika), yang terakhir masih diperselisihkan. Alokasi ini diterima secara luas sepanjang berkenaan dengan sumber daya alam, tetapi beberapa ahli lingkungan mengemukakan beberapa pertanyaan tentang distribusi hak-hak kekayaan ini yang berkenaan dengan masalah lingkungan global, seperti hutan-hutan hujan tropis sebagai penghasil oksigen dan sebagai habitat (tempat hidup) bagi sejumlah besar spesies berharga yang potensial.
Sebagai muslim kita yakin bahwa melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah, telah diatur garis besar aturan untuk menjalankan kehidupan ekonomi, dan untuk mewujudkan kehidupan ekonomi, sesungguhnya Allah telah menyediakan sumber daya Nya dan mempersilahkan manusia untuk memanfaatkannya, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S Al-Baqarah (2) ayat 29 yang artinya “Dia lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan Nya tujuh langit, dan dia Maha Mengetahui segala sesuatu”
Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan ketertarikan penulis terhadap “Kesejahteraan dan Kelangkaan Sumber Daya”

B.     Rumusan Masalah
1.              Apa yang dimaksud dengan kelangkaan?
2.              Apa yang dimaksud dengan kesejahteraan?
3.              Faktor apa saja yang merangsang dan menghambat ekonomi?
4.              Faktor yang menyebabkan kelangkaan sumberdaya

C.    Tujuan Pembahasan
1.              Untuk mengetahui pengertian dari kelangkaan
2.              Untuk mengetahui definisi dari kesejahteraan
3.              Untuk mengetahui faktor yang merangsang dan menghambat    ekonomi
4.              Untuk mengetahui penyebab kelangkaan sumber daya




















BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Kelangkaan

Kelangkaan sebagai suatu manifesto dari “keterbatasan”  Dalam Routledge Dictionary of Economics, kelangkaan didefinisikan sebagai “konsep relative” ; “konflik antara sumber daya yang terbatas dan kebutuhan terbatas” ; “kondisi harus memilih di antara alternatif karena sumber daya yang terbatas” ;  “sebuah situasi di mana sumber daya terbatas dan dapat digunakan dengan berbagai cara, jadi kita harus mengorbankan satu hal yang lain” ; “sebuah kesalahan alokasi dalam layanan karena adanya masalah harga” ; dan “kelangkaan adalah sebuah produk dari praktek yang dipertahankan”.[1]
Sedangkan kelangkaan sumber daya adalah kondisi dimana kita tak mempunyai cukup sumber untuk memenuhi semua kebutuhan kita. Dengan kata lain, jumlah kebutuhan lebih banyak daripada jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Kelangkaan mengandung dua pengertian:
·     Alat pemenuhan kebutuhan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.             contoh : air yang sangat  dibutuhkan oleh manusia jika air itu mengalami kelangkaan akan mengakibatkan kesengsaraan bagi manusia.
·     Untuk mendapatkan alat pemuas kebutuhan memerlukan pengorbanan yang lain. contoh : ada orang yang ingin membeli mobil mewah tetapi disisi lain dia sangat ingin memiliki mobil ferrari yang diproduksi hanya terbatas(langka). Maka dia mengorbankan kesempatan untuk membeli mobil mewah itu dengan membeli mobil  ferrari yang langka  untuk mendapatkannya.
Secara garis besar barang ekonomi dapat dikelompokan dalam dua bagian besar :
a.              barang konsumsi(consumer goods). Barang konsumsi adalah barang yang di beli oleh konsumen akhir untuk langsung di konsumsi oleh konsumen tersebut.
b.              barang modal adalah barang yang digunakan untuk memproduksi barang lain.
 Adapula barang-barang kebutuhan manusia yang untuk memprolehnya tidak memerlukan pembayaran ,misalnya: udara yang kita hirup ,dan air yang berasal dari tanah. Barang tersebut bebas ,karena untuk memprolehnya tidak di perlukan suatu penukaran,namun pengertian barang bebas ini sangat dinamis tergantung pada ruang dan waktu. Beberapa puluh tahun lalu air sebagai barang bebas kemudian  ketika penggunaan air mulai diatur melalu perusahaan air minum(PAM), air itu kini menjadi barang ekonomi apalagi ketika air itu di jual dalam bentuk kemasan sesuatu yang mungkin belum terbayangkan 30 tahun yang lalu.
Ketika kebutuhan masyarakat masih bisa dipenuhi oleh sumber daya yang ada,   maka tiadak akan jadi persoalan, bahkan juga tidak akan terjadi persaingan. Namun manakala kebutuhan seseorang atau masyarakat akan barang dan jasa sudah melebihi kemampuan penyediaan barang dan jasa tersebut, maka akan terjadilah apa yang di sebut kelangkaan.
Mengakui adanya relativitas kelangkaan barang bukan berarti menyatakan bahwa sumber daya yang ada tidak mampu mencukupi kebutuhan individu masyarakat. Bisa saja terjadi suatu sumber daya langka di masyarakat karena suatu tekanan kondisi  tertentu. Dengan  demikian, kelangkaan yang ada dalam pandangan ekonomi islam adalah kelangkaan relatif,ketika manusia memiliki pengetahuan dan kemampuan memanfaatkan barang tersebut.[2]
Kelangkaan juga membuat seseorang bijak dalam menentukan alokasi dalam sumber daya yang dimiliki teori prilaku konsumen(consumen behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih di antara berbagai pilihan yang di hadapi dengan memanfaatkan sumber daya (resources) yang dimilikinya.

Beberapa prinsip dasar dalam analisis prilaku konsumen adalah :
1.              Kelangkaan dan keterbasanya pendapat.
2.              Konsumen mampu membandingkan  biaya dengan manfaat.
3.              Tidak selamanya konsumen dapat memperkirakan manfaat dengan tepat.
4.              Setiap barang dapat di substitusi dengan barang lain.
5.              Konsumen tunduk kepada hukum berkurangnya tambahan kepuasan(the law of diminishing marginal utility).
Adanya kelangkaan suatu barang tidak hanya menghadirkan ujian keimanan dan kesabaran seorang manusia. Kelangkaan barang juga akan menuntut seorang hamba untuk kreatif dalam menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mencari jalan keluar bagi kesulitan yang di hadapi.
Sumber Daya Ekonomi
          Adanya relativitas kelangkaan barang bukan berarti sumber-sumber ekonomi yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia saat ini, ataupun generasi berikutnya. Sederhanya dapat dikatakan bahwa relativitas kelangkaan berbicara secara mikro, sedangkan kecukupan sumber-sumber ekonomi berbicara dalam konteks makro.
      Ada sejumlah faktor yang menyebabkan suatu kawasan mengalami kesulitan pangan(saad marthon,2004)
1.              Terdapat perbedaan distribusi sumber ekonomi, laju pertumbuhan pendunduk dan adanya perbedaan hasil bumi serta kekuatan dan kelebihan yang di miliki oleh masing-masing wilayah.
2.              Kuranya pemberdayaaan (eksploitasi)manusia terhadap sumber-sumber ekonomi ,terkadang di sebabkan adanya faktor sosial dan budaya.
3.              Kecenderungan manusia untuk hidup secara materialistis dan budaya konsumerisme yang hanya berlandasan atas pendapatan yang ada tanpa memandang unsur-unsur pemborosan
4.              Krisis moral yang telah meracuni jiwa warga dunia. Adanya kecenderungan pihak penguasa ekonomi untuk mengeksploitasi negara-negara miskin. Selain itu, adanya keengganan negara-negara surplus pangan untuk berusaha membantu pemenuhan kebutuhan pangan bagi negara yang mengalami kekurangan.biasanya sikap ini di dorong oleh faktor ekonomi atau politik kekuasaan.
Allah berfirman: “dan kami telah menghambarkan bumi dan menjadikan pdanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan kami telah menjadikan di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula)makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya. “(al hasyr ayat 19-20).
          Masyarakat peminat bidang kajian ekologi umumnya mengenal konsep kelangkaan absolut, sedangkan para ahli ekonomi (pasar) umumnya lebih mengenal kelangkaan relatif. Kelangkaan absolut merujuk pada persediaan atau stok sumber daya alam yang dikandung perut bumi ini adalah terbatas. Semakin cepat laju eksploitasi, suatu sumber daya alam akan semakin cepat habis. Sedangkan kelangkaan relatif lebih mengacu pada ketersediaan sumberdaya alam, dibandingkan dengan harga atau biaya imbangan untuk mendapatkan satu satuan produk sumberdaya alam. Semakin mahal suatu sumberdaya alam, maka menurut konsep kelangkaan relatif, sumberdaya alam tersebut dikatakan makin langka. Demikian pula sebaliknya. Penganut konsep kelangkaan relatif berpendapat bahwa aktifitas pembangunan ekonomi yang ekspansif dan eksploitatif masih dapat ditolerir sepanjang membawa manfaat bagi manusia. Jika hanya konsep kelangkaan seperti ini yang diyakini ilmuwan dan pegamat serta perumus kebijakan ekonomi pada umumnya maka analisis yang dilakukan masih jauh dari perhatian yang serius tehadap aspek moral atau keserakahan manusia dalam mengeksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Analisis ekonomi yang berkembang seakan lupa, bahwa rasionalitas ekonomi saja belum cukup untuk pencapaian suatu strategi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.[3]



  1. Pengertian Kesejahteraan

·     Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehatdan damai.
·     Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memliki arti khusus resmi atau teknikal (lihat ekonomi kesejahteraan), seperti dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial.
Penggunaan sumber-sumber daya manusia secara penuh dan efisien harus menjadi sasaran tak terpisahkan dari sistem Islam, karena hal itu akan memantu merealisasikan bukan saja tujuan kesejahteraan ekonomi berbasis luas, tetapi juga menanamkan dalam diri manusia martabat yang dituntut oleh statusnya sebagai khalifah. Demikian juga pemanfaatan secara efisien dan penuh terhadap sumber-sumber daya adalah sasaran yang esensial karena menurut Islam, semua sumber daya di bumi dan di langit diperuntukkan bagi kesejahteraan manusia dan perlu dieksploitasi secara memadai, tanpa menimbulkan ekses dan kemubaziran, untuk dipergunakan bagi tujuan mereka diciptakan. Mereka yang tidak dapat bekerja layak—tanpa stigma dan prasangka—diberikan bantuan secukupnya yang dimasukkan ke dalam program solidaritas sosial Islam.
Memang, laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus menjadi natijah alami dari kebijakan-kebijakan yang menimbulkan pemanfaatan sumber-sumber daya manusia dan alam secara efisien dan penuh serta bagi kesejahteraan ekonomi berbasis luas, namun laju pertumbuhan itu sendiri tidak terlalu penting. Hal ini disebabkan tuntutan untuk mencapai kemakmuran material dalam kerangka nilai-nilai Islam menghendaki :
a.              Ia tidak boleh dicapai lewat produksi barang dan jasa yang tidak esensial dan secara moral dipertanyakan ;
b.              Ia tidak boleh memperlebar kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin dengan mendorong konsumsi yang mencolok ; dan
c.              Ia tidak boleh menimbulkan bahaya kepada generasi sekarang atau yang akan datang dengan memerosotkan lingkungan fisik dan moral mereka.
Dapat dinyatakan secara aksiomatis bahwa sumber daya manusia merupakan unsur yang paling strategik dalam organisasi. Tidak ada pilihan lain bagi manajemen kecuali menerima aksioma tersebut. Karena itu memberdayakan sumber daya manusia merupaka etos kerja yang sangat mendasar yang harus dipegang teguh oleh semua eselon manajemen dalam hierarki organisasi. Memberdayakan sumber daya manusia mengandung berbagai kiat seperti diuraikan berikut ini :
1.              Mengakui harkat dan martabat manusia.
Dalam segi-segi tertentu, manusia berbeda dengan makhluk lain. Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di muka bumi ini. Ia mempunyai harga diri, daya nalar, memeiliki kebebasan memilih, akal, perasaan, dan berbagai kebutuhan yang sanget beraneka ragam.

2.              Manusia mempunyai hak-hak yang bersifat asasi dan tidak ada manusia lain—termasuk manajemen—yang dibenarkan untuk melanggar hak-hak tersebut.
Misalnya hak menyatakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab, hak berserikat, hak memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan, hak memperoleh perlindungan agar merasa aman, baik dalam arti fisik maupun psikologis.

3.              Satu kiat terbukti ampuh dalam perberdayaan sumber daya manusia dalam organisasi ialah, penerapan gaya manajemen yang partisipatif melalui proses demoktratisasi dalam kehidupan berorganisasi.
Artinya, mengikutsertakan para anggota organisasi dalam proses pengambilan berbagai keputusan, terutama yang menyangkut nasibnya, kariernya, penghasilannya, dan mutu kekaryaannya.

4.              Perkayaan mutu kekaryaan
Meskipun mungkin tidak berlaku untuk semua orang, pada umumnya manusia ingin memperkaya mutu kinerja dan kekaryaannya. Kebenaran pernyataan ini terlihat pada pandangan bahwa berkarya dewasa ini tidak lagi dilihat sekedar sebagai upaya untuk mencari nafkah—meskupin hal ini tetap penting – akan tetapi sebagai tindakan untuk mengangkat harkat dan martabat seseorang.[4]


C.    Faktor Yang Merangsang dan Menghambat Sumber Daya

1.              Sifat khusus ekonomi lokal atau nasional
2.              Jumlah, ukuran, dan pengaruh sumberdaya hayati yang menipis
3.              Sifat sumberdaya hayati dan tanggapannya terhadap gangguan dan eksploitasi
4.              Kekuatan relatif lembaga-lembaga lokal
5.              Alternatif-alternatif teknis yang dapat diperoleh untuk menanggulangi penipisan sumberdaya hayati, dan
6.              Otoritas badan pengawas
7.              Sumber-sumber daya hayati sering tidak diberi harga yang pantas di pasaran

D.    Faktor Yang Menyebabkan Kelangkaan Sumber Daya

Ada beberapa penyebab terjadinya  kelangkaan sumber daya alam diantarnya sebagai berikut:
1.              Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat.
Jumlah penduduk adalah salah satu faktor terjadinya penyebeb kelangkaan, karena jika pertumbuhan penduduk meningkat maka jumlah kebutuhan juga pasti akan meningkat. Sedangkan seperti yang telah dijelaskan di  atas,  dimana jumlah alat pemuas kebutuhan hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
2.              Sifat kesarakahan manusia.
Seperti dikatakan oleh pemimpin India Mahatma Ghandi, “Sumber daya alam yang ada cukup untuk kebutuhan setiap orang, tetapi tidak cukup untuk kerakusan setiap orang.”[5]
Itulah mengapa manusia dapat dibilang tak ada puasnya dalam memenuhi setiap keinginannya. Karena sifat  keserakahan ini menyebabkan terjadinya adanya eksploitasi besar-besaran dimana untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
3.              Keterbasan kemampuan produksi.
Produksi adalah kegiatan mengkombinasikan faktor produksi untuk menciptakan atau menambah nilai guna barang. Dalam hal ini, perkembangan  teknologi mnjadi faktor yang mempengaruhi faktor produksi. Perkembangan teknologi di negara maju berlangsung cepat, semntara perkembangan teknologi di negara berkembang lebih lambat daripada perkembangan kebutuhan barang dan jasa.
4.              Bencana alam.
Bencana alam merupakan faktor alam yang berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan hidup. Kerusakan yang ditimbulakn bencana alam berpengaruh terhadapkelangsungan hidup manusia. Sebagai contoh : bencana banjir yang mengganggu distribusi barang dan jasa, akibatnya masyarakat tidak segera mengkonsumsi barang dan jasa.
5.              Letak geografis yang berbeda.
Persebaran sumber daya penjuru dunia dunia tidak merata. Ada yang daerah tanahnya subur dan ada yang yang akan tambang. Namun sebaliknya ada daerahnya tandus  dan kekurangan air.perbedaan ini menyebabkan kelangkaan.[6]





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kelangkaan sumber daya alam adalah masalah kita manusia sebagai manusia. Perlu adanya kebijakan yang arif dari semua masyarakat dan pemerintah dalam mengolah sumber daya alam yang dimiliki agar kelestariannya tetap terjaga dan anak cucu kita dapat merasakannya juga di hari kelak.
Banyak yang tidak yang belum sadar akan kelanjutan kesimbangan alam. Sehingga melakukan hal-hal yang buruk dengan merusak keseimbangannya hanya demi keuntungan yang ingin diperolehnya. Hal ini perlu di luruskan dalam kesadaran masing-masing manusia betapa pentingnya menjaga lingkungan.
















DAFTAR PUSTAKA

·                Arifin, Bustanul. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia. Jakarta:Erlangga.
·                Siagian, Sondang P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta:PT Rineka Cipta.
·                Chandra, M.Umer. 2000. Sistem Moneter Islam. Jakarta:Gema Insani.
·                McNeely, A Jeffrey. 1992. Ekonomi dan Keanekaragaman Hayati. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
·                Cooper, Richard N. 2004. Kebijakan Lingkungan dan Sumber Daya bagi Ekonomi Dunia. Jakarta:Rosda.
·                Nasution, Mustafa Edwin. 2007. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.


[1] Mustafa Edwin,Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2007),hal 330.
[2] A Jeffrey,Ekonomi dan Keanekaragaman Hayati,(Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,1992),hal 14
[3] Umer M Chapra, Sistem Moneter Islam,(Jakarta:Gema Insani,2002),hal 78
[4] Sondang Siagian,Meningkatkan Produktivitas Kerja,(Jakarta:PT Rineka Cipta,2002),hal 48
[5] Bustanul Arifin,Pengelolaan Sumber Daya Alam,(Jakarta:Erlangga,2001),hal.39
[6] Richard N Cooper,Kebijakan Lingkungan dan Sumber Daya Alam,(Jakarta:Rosda,2004)hal.60

Tidak ada komentar:

Posting Komentar