BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sumber daya alam dan lingkungan adalah anugerah alam bagi
manusia. Tetapi pertanyaan mengenai kepemilikan dan penggunaannya yang
tepat—meskipun hanya definisinya—tetapi rumit dan berbeda-beda. Apakah “sumber
daya alam” itu? Milik siapakah kekayaan kekayaan bumi ini? Apakah milik seluruh
penduduk negara tempat ditemukannya kekayaan
alam itu, atau milik perseorangan?
Dalam sistem Internasional yang
berlaku mengenai negara yang terdiri dari suatu bangsa (nation state), negara-negara
telah menempatkan kepemilikan nasional, atau kepemilikan perseorangan dalam
suatu sistem nasional mengenai hak-hak kekayaan, dengan sedikit pengecualian
tertentu (dasar laut yang dalam, angkasa luar, dan Antartika), yang terakhir
masih diperselisihkan. Alokasi ini diterima secara luas sepanjang berkenaan
dengan sumber daya alam, tetapi beberapa ahli lingkungan mengemukakan beberapa
pertanyaan tentang distribusi hak-hak kekayaan ini yang berkenaan dengan
masalah lingkungan global, seperti hutan-hutan hujan tropis sebagai penghasil
oksigen dan sebagai habitat (tempat hidup) bagi sejumlah besar spesies berharga
yang potensial.
Sebagai muslim kita yakin bahwa melalui Al-Qur’an dan
As-Sunnah, telah diatur garis besar aturan untuk menjalankan kehidupan ekonomi,
dan untuk mewujudkan kehidupan ekonomi, sesungguhnya Allah telah menyediakan
sumber daya Nya dan mempersilahkan manusia untuk memanfaatkannya, sebagaimana
firman-Nya dalam Q.S Al-Baqarah (2) ayat 29 yang artinya “Dia lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan Nya tujuh langit, dan dia
Maha Mengetahui segala sesuatu”
Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain
memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan
ketertarikan penulis terhadap “Kesejahteraan dan Kelangkaan Sumber Daya”
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kelangkaan?
2.
Apa yang dimaksud dengan kesejahteraan?
3.
Faktor apa saja yang merangsang dan menghambat
ekonomi?
4.
Faktor yang menyebabkan kelangkaan sumberdaya
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari kelangkaan
2.
Untuk mengetahui definisi dari kesejahteraan
3.
Untuk mengetahui faktor yang merangsang dan menghambat ekonomi
4.
Untuk mengetahui penyebab kelangkaan sumber daya
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian Kelangkaan
Kelangkaan
sebagai suatu manifesto dari “keterbatasan” Dalam Routledge
Dictionary of Economics, kelangkaan
didefinisikan sebagai “konsep relative” ; “konflik antara sumber daya yang
terbatas dan kebutuhan terbatas” ; “kondisi harus memilih di antara alternatif
karena sumber daya yang terbatas” ; “sebuah situasi di mana sumber daya
terbatas dan dapat digunakan dengan berbagai cara, jadi kita harus mengorbankan
satu hal yang lain” ; “sebuah kesalahan alokasi dalam layanan karena adanya
masalah harga” ; dan “kelangkaan adalah sebuah produk dari praktek yang dipertahankan”.[1]
Sedangkan kelangkaan
sumber daya adalah kondisi dimana kita tak mempunyai
cukup sumber untuk memenuhi semua kebutuhan kita. Dengan kata lain, jumlah
kebutuhan lebih banyak daripada jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Kelangkaan mengandung dua
pengertian:
·
Alat
pemenuhan kebutuhan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. contoh : air
yang sangat dibutuhkan oleh manusia jika air itu mengalami kelangkaan
akan mengakibatkan kesengsaraan bagi manusia.
·
Untuk
mendapatkan alat pemuas kebutuhan memerlukan pengorbanan yang lain. contoh :
ada orang yang ingin membeli mobil mewah tetapi disisi lain dia sangat ingin
memiliki mobil ferrari yang diproduksi hanya terbatas(langka). Maka dia
mengorbankan kesempatan untuk membeli mobil mewah itu dengan membeli
mobil ferrari yang langka untuk mendapatkannya.
Secara
garis besar barang ekonomi dapat dikelompokan dalam dua bagian besar :
a.
barang
konsumsi(consumer goods). Barang
konsumsi adalah barang yang di beli oleh konsumen akhir untuk langsung di
konsumsi oleh konsumen tersebut.
b.
barang
modal adalah barang yang digunakan untuk memproduksi barang lain.
Adapula barang-barang kebutuhan manusia yang
untuk memprolehnya tidak memerlukan pembayaran ,misalnya: udara yang kita hirup
,dan air yang berasal dari tanah. Barang tersebut bebas ,karena untuk
memprolehnya tidak di perlukan suatu penukaran,namun pengertian barang bebas
ini sangat dinamis tergantung pada ruang dan waktu. Beberapa puluh tahun lalu
air sebagai barang bebas kemudian ketika
penggunaan air mulai diatur melalu perusahaan air minum(PAM), air itu kini menjadi barang ekonomi apalagi ketika air itu
di jual dalam bentuk kemasan sesuatu yang mungkin belum terbayangkan 30 tahun
yang lalu.
Ketika
kebutuhan masyarakat masih bisa dipenuhi oleh sumber daya yang ada, maka
tiadak akan jadi persoalan, bahkan juga tidak akan terjadi persaingan. Namun
manakala kebutuhan seseorang atau masyarakat akan barang dan jasa sudah
melebihi kemampuan penyediaan barang dan jasa tersebut, maka akan terjadilah
apa yang di sebut kelangkaan.
Mengakui
adanya relativitas kelangkaan barang bukan berarti menyatakan bahwa sumber daya
yang ada tidak mampu mencukupi kebutuhan individu masyarakat. Bisa saja terjadi
suatu sumber daya langka di masyarakat karena suatu tekanan kondisi tertentu. Dengan demikian, kelangkaan yang ada dalam pandangan
ekonomi islam adalah kelangkaan relatif,ketika manusia memiliki pengetahuan dan
kemampuan memanfaatkan barang tersebut.[2]
Kelangkaan
juga membuat seseorang bijak dalam menentukan alokasi dalam sumber daya yang
dimiliki teori prilaku konsumen(consumen
behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih di antara berbagai pilihan
yang di hadapi dengan memanfaatkan sumber daya (resources) yang dimilikinya.
Beberapa prinsip dasar
dalam analisis prilaku konsumen adalah :
1.
Kelangkaan
dan keterbasanya pendapat.
2.
Konsumen
mampu membandingkan biaya dengan
manfaat.
3.
Tidak
selamanya konsumen dapat memperkirakan manfaat dengan tepat.
4.
Setiap
barang dapat di substitusi dengan barang lain.
5.
Konsumen
tunduk kepada hukum berkurangnya tambahan kepuasan(the law of diminishing marginal utility).
Adanya
kelangkaan suatu barang tidak hanya menghadirkan ujian keimanan dan kesabaran
seorang manusia. Kelangkaan barang juga akan menuntut seorang hamba untuk
kreatif dalam menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidup
sekaligus mencari jalan keluar bagi kesulitan yang di hadapi.
Sumber Daya
Ekonomi
Adanya relativitas kelangkaan barang
bukan berarti sumber-sumber ekonomi yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan
manusia saat ini, ataupun generasi berikutnya. Sederhanya dapat dikatakan bahwa
relativitas kelangkaan berbicara secara mikro, sedangkan kecukupan sumber-sumber
ekonomi berbicara dalam konteks makro.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan
suatu kawasan mengalami kesulitan pangan(saad marthon,2004)
1.
Terdapat
perbedaan distribusi sumber ekonomi, laju pertumbuhan pendunduk dan adanya
perbedaan hasil bumi serta kekuatan dan kelebihan yang di miliki oleh
masing-masing wilayah.
2.
Kuranya
pemberdayaaan (eksploitasi)manusia terhadap sumber-sumber ekonomi ,terkadang di
sebabkan adanya faktor sosial dan budaya.
3.
Kecenderungan
manusia untuk hidup secara materialistis dan budaya konsumerisme yang hanya
berlandasan atas pendapatan yang ada tanpa memandang unsur-unsur pemborosan
4.
Krisis
moral yang telah meracuni jiwa warga dunia. Adanya kecenderungan pihak penguasa
ekonomi untuk mengeksploitasi negara-negara miskin. Selain itu, adanya
keengganan negara-negara surplus pangan untuk berusaha membantu pemenuhan
kebutuhan pangan bagi negara yang mengalami kekurangan.biasanya sikap ini di
dorong oleh faktor ekonomi atau politik kekuasaan.
Allah
berfirman: “dan kami telah menghambarkan
bumi dan menjadikan pdanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala
sesuatu menurut ukuran. Dan kami telah menjadikan di bumi keperluan-keperluan
hidup, dan (kami menciptakan pula)makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan
pemberi rezeki kepadanya. “(al hasyr ayat 19-20).
Masyarakat peminat bidang kajian
ekologi umumnya mengenal konsep kelangkaan absolut, sedangkan para ahli ekonomi
(pasar) umumnya lebih mengenal kelangkaan relatif. Kelangkaan absolut merujuk
pada persediaan atau stok sumber daya alam yang dikandung perut bumi ini adalah
terbatas. Semakin cepat laju eksploitasi, suatu sumber daya alam akan semakin
cepat habis. Sedangkan kelangkaan relatif lebih mengacu pada ketersediaan
sumberdaya alam, dibandingkan dengan harga atau biaya imbangan untuk
mendapatkan satu satuan produk sumberdaya alam. Semakin mahal suatu sumberdaya
alam, maka menurut konsep kelangkaan relatif, sumberdaya alam tersebut
dikatakan makin langka. Demikian pula sebaliknya. Penganut konsep kelangkaan
relatif berpendapat bahwa aktifitas pembangunan ekonomi yang ekspansif dan
eksploitatif masih dapat ditolerir sepanjang membawa manfaat bagi manusia. Jika
hanya konsep kelangkaan seperti ini yang diyakini ilmuwan dan pegamat serta
perumus kebijakan ekonomi pada umumnya maka analisis yang dilakukan masih jauh
dari perhatian yang serius tehadap aspek moral atau keserakahan manusia dalam
mengeksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Analisis ekonomi yang
berkembang seakan lupa, bahwa rasionalitas ekonomi saja belum cukup untuk
pencapaian suatu strategi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.[3]
- Pengertian Kesejahteraan
·
Dalam
istilah umum, sejahtera menunjuk
ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam
keadaan makmur, dalam keadaan sehatdan damai.
·
Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan
keuntungan benda. Sejahtera memliki arti khusus resmi atau teknikal (lihat ekonomi
kesejahteraan), seperti dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial.
Penggunaan
sumber-sumber daya manusia secara penuh dan efisien harus menjadi sasaran tak
terpisahkan dari sistem Islam, karena hal itu akan memantu merealisasikan bukan
saja tujuan kesejahteraan ekonomi berbasis luas, tetapi juga menanamkan dalam
diri manusia martabat yang dituntut oleh statusnya sebagai khalifah. Demikian
juga pemanfaatan secara efisien dan penuh terhadap sumber-sumber daya adalah
sasaran yang esensial karena menurut Islam, semua sumber daya di bumi dan di
langit diperuntukkan bagi kesejahteraan manusia dan perlu dieksploitasi secara
memadai, tanpa menimbulkan ekses dan kemubaziran, untuk dipergunakan bagi
tujuan mereka diciptakan. Mereka yang tidak dapat bekerja layak—tanpa stigma
dan prasangka—diberikan bantuan secukupnya yang dimasukkan ke dalam program
solidaritas sosial Islam.
Memang,
laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus menjadi natijah alami dari
kebijakan-kebijakan yang menimbulkan pemanfaatan sumber-sumber daya manusia dan
alam secara efisien dan penuh serta bagi kesejahteraan ekonomi berbasis luas,
namun laju pertumbuhan itu sendiri tidak terlalu penting. Hal ini disebabkan
tuntutan untuk mencapai kemakmuran material dalam kerangka nilai-nilai Islam
menghendaki :
a.
Ia
tidak boleh dicapai lewat produksi barang dan jasa yang tidak esensial dan
secara moral dipertanyakan ;
b.
Ia
tidak boleh memperlebar kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin dengan
mendorong konsumsi yang mencolok ; dan
c.
Ia
tidak boleh menimbulkan bahaya kepada generasi sekarang atau yang akan datang
dengan memerosotkan lingkungan fisik dan moral mereka.
Dapat
dinyatakan secara aksiomatis bahwa sumber daya manusia merupakan unsur yang
paling strategik dalam organisasi. Tidak ada pilihan lain bagi manajemen
kecuali menerima aksioma tersebut. Karena itu memberdayakan sumber daya manusia
merupaka etos kerja yang sangat mendasar yang harus dipegang teguh oleh semua
eselon manajemen dalam hierarki organisasi. Memberdayakan sumber daya manusia
mengandung berbagai kiat seperti diuraikan berikut ini :
1.
Mengakui harkat dan martabat manusia.
Dalam segi-segi tertentu, manusia
berbeda dengan makhluk lain. Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di
muka bumi ini. Ia mempunyai harga diri, daya nalar, memeiliki kebebasan
memilih, akal, perasaan, dan berbagai kebutuhan yang sanget beraneka ragam.
2.
Manusia mempunyai hak-hak yang bersifat asasi dan
tidak ada manusia lain—termasuk manajemen—yang dibenarkan untuk melanggar hak-hak
tersebut.
Misalnya hak menyatakan pendapat
secara bebas dan bertanggung jawab, hak berserikat, hak memperoleh pekerjaan
yang layak bagi kemanusiaan, hak memperoleh perlindungan agar merasa aman, baik
dalam arti fisik maupun psikologis.
3.
Satu kiat terbukti ampuh dalam perberdayaan sumber
daya manusia dalam organisasi ialah, penerapan gaya manajemen yang partisipatif
melalui proses demoktratisasi dalam kehidupan berorganisasi.
Artinya, mengikutsertakan para
anggota organisasi dalam proses pengambilan berbagai keputusan, terutama yang
menyangkut nasibnya, kariernya, penghasilannya, dan mutu kekaryaannya.
4.
Perkayaan mutu kekaryaan
Meskipun mungkin tidak berlaku
untuk semua orang, pada umumnya manusia ingin memperkaya mutu kinerja dan
kekaryaannya. Kebenaran pernyataan ini terlihat pada pandangan bahwa berkarya
dewasa ini tidak lagi dilihat sekedar sebagai upaya untuk mencari
nafkah—meskupin hal ini tetap penting – akan tetapi sebagai tindakan untuk
mengangkat harkat dan martabat seseorang.[4]
C.
Faktor Yang Merangsang dan Menghambat Sumber Daya
1.
Sifat khusus ekonomi lokal atau nasional
2.
Jumlah, ukuran, dan pengaruh sumberdaya hayati yang menipis
3.
Sifat sumberdaya hayati dan tanggapannya terhadap gangguan dan eksploitasi
4.
Kekuatan relatif lembaga-lembaga lokal
5.
Alternatif-alternatif teknis yang dapat diperoleh untuk menanggulangi
penipisan sumberdaya hayati, dan
6.
Otoritas badan pengawas
7.
Sumber-sumber daya hayati sering tidak diberi harga yang pantas di pasaran
D.
Faktor Yang Menyebabkan Kelangkaan Sumber Daya
Ada beberapa
penyebab terjadinya kelangkaan sumber daya alam diantarnya sebagai
berikut:
1.
Pertumbuhan
penduduk yang sangat cepat.
Jumlah
penduduk adalah salah satu faktor terjadinya penyebeb kelangkaan, karena jika
pertumbuhan penduduk meningkat maka jumlah kebutuhan juga pasti akan meningkat.
Sedangkan seperti yang telah dijelaskan di atas, dimana jumlah alat
pemuas kebutuhan hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak
terbatas.
2.
Sifat
kesarakahan manusia.
Seperti
dikatakan oleh pemimpin India Mahatma Ghandi, “Sumber daya alam yang ada cukup
untuk kebutuhan setiap orang, tetapi tidak cukup untuk kerakusan setiap orang.”[5]
Itulah
mengapa manusia dapat dibilang tak ada puasnya dalam memenuhi setiap
keinginannya. Karena sifat keserakahan ini menyebabkan terjadinya adanya
eksploitasi besar-besaran dimana untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
3.
Keterbasan
kemampuan produksi.
Produksi
adalah kegiatan mengkombinasikan faktor produksi untuk menciptakan atau
menambah nilai guna barang. Dalam hal ini, perkembangan teknologi mnjadi
faktor yang mempengaruhi faktor produksi. Perkembangan teknologi di negara maju
berlangsung cepat, semntara perkembangan teknologi di negara berkembang lebih
lambat daripada perkembangan kebutuhan barang dan jasa.
4.
Bencana
alam.
Bencana alam
merupakan faktor alam yang berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan hidup.
Kerusakan yang ditimbulakn bencana alam berpengaruh terhadapkelangsungan hidup
manusia. Sebagai contoh : bencana banjir yang mengganggu distribusi barang dan
jasa, akibatnya masyarakat tidak segera mengkonsumsi barang dan jasa.
5.
Letak
geografis yang berbeda.
Persebaran
sumber daya penjuru dunia dunia tidak merata. Ada yang daerah tanahnya subur
dan ada yang yang akan tambang. Namun sebaliknya ada daerahnya tandus dan
kekurangan air.perbedaan ini menyebabkan kelangkaan.[6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kelangkaan sumber daya alam adalah
masalah kita manusia sebagai manusia. Perlu adanya kebijakan yang arif dari
semua masyarakat dan pemerintah dalam mengolah sumber daya alam yang dimiliki
agar kelestariannya tetap terjaga dan anak cucu kita dapat merasakannya juga di
hari kelak.
Banyak yang tidak yang belum sadar akan kelanjutan
kesimbangan alam. Sehingga melakukan hal-hal yang buruk dengan merusak
keseimbangannya hanya demi keuntungan yang ingin diperolehnya. Hal ini perlu di
luruskan dalam kesadaran masing-masing manusia betapa pentingnya menjaga lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Arifin, Bustanul. 2001. Pengelolaan
Sumber Daya Alam Indonesia. Jakarta:Erlangga.
·
Siagian, Sondang P. 2002. Kiat
Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta:PT Rineka Cipta.
·
Chandra, M.Umer. 2000. Sistem Moneter
Islam. Jakarta:Gema Insani.
·
McNeely, A Jeffrey. 1992. Ekonomi dan
Keanekaragaman Hayati. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
·
Cooper, Richard N. 2004. Kebijakan
Lingkungan dan Sumber Daya bagi Ekonomi Dunia. Jakarta:Rosda.
·
Nasution, Mustafa Edwin. 2007. Pengenalan
Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
[1] Mustafa Edwin,Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam,(Jakarta:Kencana
Prenada Media Group,2007),hal 330.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar